[Enter Post Title
Here]
STRATEGI PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA UNTUK
MENCIPTAKAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DILABORATORIUM KIMIA
BAB. I
PENDAHULUAN
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Aman
dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal dari sakit maupun kesehatan. Hanya
dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif,
dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan keceakaan dan keracunan.
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun
peralatan. Beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya
adalah : (1 )Fungsi alat, apakah sebagai
alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan
bahan kimia saja
(2) Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian(3) Keperangkatan (4) Nilai/ harga alat (5) Kuantitas alat termasuk kelangkaannya (6) Sifat alat termasuk kepekaan terhadap
lingkungan (7)Bahan
dasar penyusun alat (8) Bentuk dan ukuran alat (9) Bobot /
berat alat
Pada dasarnya pengelolaan
laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun
pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran
dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan
kerja. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penangannya bila terjadi kecelakaan.Para pengelola laboratorium hendaknya
memiliki pemahaman dan keterampilan kerja dilaboratorium, bekerja sesuai tugas
dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan.
Keamanan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian
paling besar dalam kegiatan laboratorium. Syarat keamanan di laboratorium
bertujuan untuk melindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri maupun
untuk lingkungan dan menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar
sains yang aman. Caranya dengan meningkatkan pengetahuan praktisi sains (dosen,
laboran, siswa) tentang keselamatan kerja, mengenal bahaya yang mungkin terjadi
serta upaya penanganannya.
BAB II
STRATEGI PENGELOLAAN LABORATORIUM
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerjasesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan.
Ada beberapa kunci keberhasilan dalam
mengelola laboratorium, diantaranya: ditentukan oleh strategi pengelolaan
perangkat-perangkat secara optimum; pengelola laboratorium harus mengenal
perangkat laboratorium secara total; manajemen laboratorium sangat kompleks dan
harus sinergis antara satu komponen dengan komponen yang lain; dan perlu
pengetahuan standar dalam mengeloa laboratorium.
Salah satu kunci keberhasilan
laboratorium ditentukan oleh strategi pengelolaan yang meliputi beberapa aspek yaitu perencanaan,penataan, pengadministrasian / inventarisasi,
serta pengamanan,perawatan dan pengawasan.
1.Perencanaan (Planning).
Perencanaan merupakan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari kegiatan yang direncanakan. Dalam pengelolaan laboratorium merencanakan kegiatan meliputi pelayanan praktikum, penelitian, pengadaan peralatan dan kebutuhan bahan, optimalisasi sumber daya, mencari sumber-sumber dana untuk kemandirian dan maintenance.
2.Mengatur (Organizing).
Merupakan upaya untuk menjalankan kegiatan laboratorium sebagaimana fungsinya. Pengaturan mencakup setting secara fisik dan regulating. Setting merupakan kegiatan pengaturan tata letak dan penataan yang mencakup penempatan mebeler, peralatan dan bahan kimia. Sedangkan regulating merupakan pengaturan jadwal kegiatan dan penyusunan perangkat lunak untuk terlaksananya ketertiban dan keselamatan bekerja dilaboratorium.
3.Pengadministrasian / Inventarisasi
Pengadministrasian/inventarisasi merupakan proses pendokumentasian seluruh sarana dan prasarana serta aktivitas laboratorium. Kegiatan administrasi laboratorium meliputi:
- Inventarisasi peralatan laboratorium
Pengadministrasian/inventarisasi merupakan proses pendokumentasian seluruh sarana dan prasarana serta aktivitas laboratorium. Kegiatan administrasi laboratorium meliputi:
- Inventarisasi peralatan laboratorium
- Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat rusak,
alat yang dipinjamkan;
- Keluar masuk surat-menyurat;
- Daftar pemakaian laboratorium , jadwal kegiatan laboratorium;
- Daftar inventarisasi alat-alat meubeair (kursi, bangku, lemari,dll); dan
- Sistem evaluasi dan pelaporan.
- Keluar masuk surat-menyurat;
- Daftar pemakaian laboratorium , jadwal kegiatan laboratorium;
- Daftar inventarisasi alat-alat meubeair (kursi, bangku, lemari,dll); dan
- Sistem evaluasi dan pelaporan.
Inventarisasi laboratorium bertujuan untuk:
-
Mencegah
terjadinya kehilangan dan penyalahgunaan
-
Mengurangi
biaya operasional
-
Meningkatkan
proses pekerjaan dan hasil
-
Meningkatkan
kualitas kerja
-
Mengurangi
resiko kehilangan, rusak dan pecah
-
Mencegah
pemakaian yang berlebihan
-
Meningkatkan
kerjasama dengan laboratorium lain; dan
-
Mendukung
terciptanya kondisi yang aman.
4. Pengamanan ,perawatan dan pengawasan
a.Pengamanan
Prinsip umum pengamanan laboratorium meliputi:
a.Pengamanan
Prinsip umum pengamanan laboratorium meliputi:
1. Tanggung jawab kepala laboratorium,
laboran, asisten dan pemakai laboratorium.
2.
Penempatan
alat dan bahan di tempat yang aman dan disusun secara teratur.
3. Kerapian.
4. Kebersihan laboratorium.
5. Pertolongan pertama (First-Aid) untuk mata ,P3K ,pemadam.
6. Pakaian (jaslab ,pakaian yang dilarang)
7. Dilarang berlari dilaboratorium
8.
Pintu-pintu
harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
b.Perawatan
Dalam perawatan atau pemeliharaan alat perlu diketahui sifat-sifat dasar alat, antara lain:
- Zat atau bahan dasar pembuatan;
- Berat alat;
- Kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan;
- Pengaruh bahan kimia;
- Pengaruh alat yang satu dengan yang lain;
- Nilai / harga dari alat; dan
- Bentuk dalam set.
c.Pengawasan
Pengawasan laboratorium bertujuan untuk:
- Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium yang baik, benar dan aman;
- Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari resiko bahaya dalam laboratorium;
- Melakukan penyelidikan/pengusutan peristiwa berbahaya/kecelakaan;
- Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium; dan
- Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.
- Pengaruh alat yang satu dengan yang lain;
- Nilai / harga dari alat; dan
- Bentuk dalam set.
c.Pengawasan
Pengawasan laboratorium bertujuan untuk:
- Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium yang baik, benar dan aman;
- Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari resiko bahaya dalam laboratorium;
- Melakukan penyelidikan/pengusutan peristiwa berbahaya/kecelakaan;
- Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium; dan
- Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.
Karakteristik laboratorium yang dikelola dengan baik diantaranya:
a.
Efektif
dan efisien
b.
Sehat
dan aman,
c.
Peralatan
/ fasilitas selalu siap pakai dan aman,
d. Seluruh aktivitas laboratorium
mudah
e. Memenuhi kebutuhan psikologis
Ciri-ciri laboratorium yang optimal penggunaannya adalah :
a. Efisiensi pemakaian ruangan berkisar
antara 60% – 80%.
b. Program kerja ruangan terlaksana secara
tuntas.
c. Pengelola dan staf ruangan/laboratorium
mendapat kepuasan yang optimal.
Bahan kimia yang ada di
lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping
jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup
tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan
pemeliharaan bahan kimia merupakan
bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian
di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),
dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan
penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu
hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara
alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut
sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Bahan kimia
yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus
dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau
degradasi kimia.
Banyak bahan kimia yang
memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia
tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi.
Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat
terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen.
Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat
menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia
dalam kaitan dengan penyimpanannya.
|
Wadah bahan kimia dan
lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus
mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah
baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi
label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable,
kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan
korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
label bahan flammable label bahan oksidator
label bahan toksik
label bahan korosif
Sebaiknya bahan kimia
ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam cabinet,
loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas
atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus
dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Bahan kimia
cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti baki
plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Wadah
sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang langsung diisi
bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam wadahnya. Ukuran
wadah bahan primer yang perlu disediakan wadah sekundernya yaitu :
1.
Cairan radioaktif ketika wadah berukuran
³ 250 mL
2.
Semua cairan berbahaya lain untuk wadah ³ 2,5 L
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah
sekunder adlah :
1.
Cairan flammable dan combustible
serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan
dsb.
2.
Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat,
asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3.
Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida,
natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif
Bahan kimia
kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus
dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat bahwa biaya pembuangan bahan
kimia akan meningkat jika ditunggu sampai waktu cukup lama, oleh karena itu
limbah kimia harus dibersihkan setiap saat.
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di
laboratorium. Perbaharui label-label yang rusak secara secara periodik.
Inventarisasi harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi
penyimpanan, dan tanggal penerimaan, nama industri, bahaya terhadap kesehatan,
bahaya fisik, lama dan pendeknya bahaya terhadap kesehatan.
Tabel Klasifikasi Penyimpanan
Bahan Kimia
Bahan Kimia
|
Tidak Boleh Bercampur dengan
|
Asam
asetat
CH3COOH
|
Asam
kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3;
Senyawa
hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2;
Asam
perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2;
Permanganat, KMnO4
|
Aseton
CH3COCH3
|
Campuran asam nitrat dan asam sulfat
pekat, (HNO3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat,
NaOH, KOH
|
Asetilen
C2H2
|
Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2;
Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg
|
Logam alkali
Li, Na, K
|
Air,
H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon
terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen, F2,
Cl2, Br2, I2
|
Amonia anhidros,
NH3
|
Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2;
Brom, Br2; Iod, I2; Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO,
Ca(ClO)2
|
Amonium
nitrat,
NH4NO3
|
Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar;
Klorat, ClO3- ;
Nitrit, NO2-; belerang, S8; serbuk organik;
bahan dapat terbakar
|
Anilin
C6H5NH2
|
Asam nitrat, HNO3;
Hidrogen
proksida, H2O2
|
Bahan arsenat, AsO3-
|
Bahan reduktor
|
Azida, N3-
|
Asam
|
Brom, Br2
|
Amonia, NH3; Asetilen, C2H2;
butadiena, C4H6; butana, C4H10;
metana, CH4; propana, C3H8 ( atau gas minyak bumi), hidrogen, H2;
Natrium karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk
logam
|
Kalsium oksida, CaO
|
Air, H2O
|
Karbon aktif, C
|
Kalsium
hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator
|
Karbon tetraklorida, CCl4
|
Natrium,
Na
|
Klorat,
ClO3-
|
Garam
amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8; Bahan organik serbuk;
Bahan dapat terbakar
|
Asam
kromat, H2Cr2O4; Krom trioksida, Cr2O3
|
Asam
asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O;
gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin;
alkohol; cairan mudah terbakar
|
Klor, Cl2
|
Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane, propane (or
other petroleum gases), hydrogen, sodium carbide, turpentine, benzene, finely
divided metals
|
Klor dioksida, ClO2
|
Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfide
|
Tembaga
|
Asetilen, hidrogen peroksida
|
Cumene hidroperoksida
|
Asam, organik atau
anorganik
|
Sianida
|
Asam
|
Cairan dapat
terbakar
|
Amonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat, Natrium
peroksida, halogen
|
Hidrokarbon
|
Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
|
Asam sianat
|
Asam nitrat, Basa
|
Asam florida
|
Ammonia, aqueous or
anhydrous
|
Hidrogen peroksida
|
Tembaga, Krom,
Besi, Kebanyakan logam atau garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin,
Nitrometan, Cairan dapat terbakar
|
Asam sulfide
|
Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas
oksidator, Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
|
Hipoklorit
|
Asam, Karbon aktif
|
Iod
|
Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
|
Raksa
|
Asetilen, Asam fulmanat, Amonia
|
Nitrat
|
Asam sulfat
|
Asam nitrat (pekat)
|
Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam
sianat, Asam sulfida, Cairan dapat terbakar, Gas dapat terbakar,
Tembaga, Kuningan, Logam berat
|
Nitrit
|
Asam
|
Nitroparafin
|
Basa anorganik, Amina
|
Asam oksalat
|
Perak, Raksa
|
Oksigen
|
Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan
Gas dapat terbakar
|
Asam perklorat
|
Asetat anhidrid,
Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas,
Kayu, Lemak dan oli
|
Peroksida, organic
|
Asam (organik atau mineral), Hindari
gesekan, Simpan di tempat dingin
|
Fosfor (putih)
|
Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor
|
Kalium
|
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
|
Kalium klorat dan Perklorat
|
Asam sulfat dan asam lain
|
Kalium permanganat
|
Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat
|
Selenida
|
Bahan reduktor
|
Perak
|
Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat,
Senyawa amonium, Asam fulmanat
|
Natrium
|
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
|
Natrium Nitrit
|
Amonium nitrat dan Garam amonium lain
|
Natrium peroksida
|
Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat anhidrida,
Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin, Etilen glikol, Etil asetat, Metil
asetat, furfural
|
Sulfida
|
Asam
|
Asam sulfat
|
Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium
permanganat (atau senyawa dari logam ringan seperti natrium, litium, dll.)
|
Telurida
|
Bahan reduktor
|
(From Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety
in the Chemical Laboratory, pp. 215-217, Van Nostrand Reinhold
|
MENGEVALUASI
KEAMANAN DAN KESELAMATAN LABORATORIUM
Beberapa hal yang menyangkut keamanan
laboratorium adalah tersedianya ventilasi/blower, unit pengelolaan limbah, bak
cuci dan saluran yang aman. Pintu masuk atau keluar hendaknya luas dan mengarah
keluar sehingga dalam situasi darurat orang dapat lari tanpa adanya hambatan.
Laboratorium juga harus dilengkapi dengan alat keamanan seperti pemadam api,
alat pelindung diri, alat listrik yang aman, detector, shower, kotak P3K, serta
peralatan khusus lainnya. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang
membahayakan keselamatan kerja, para pekerja laboratorium perlu mengetahui
sumber-sumber bahaya di laboratorium, symbol-simbol bahan kimia berbahaya, dan
kegiatan laboratorium yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Laboratorium sains di persekolahan, tentu akan memiliki kelengkapan yang
berbeda apabila dibandingkan dengan
laboratorium di industri ataupun lembaga penelitian. Perbedaan tersebut
sangat rasional karena ketiga lembaga tersebut mempunyai misi yang berbeda.
Namun apabila ditinjau dari sudut pengadministrasian ketiganya memiliki komponen yang mirip yaitu adanya :
1.
Bangunan/Ruangan
laboratorium
2.
Fasilitas
umum laboratorium
3.
Peralatan
dan bahan
4.
Ketenagaan
laboratorium
5.
Kegiatan
laboratorium
Tugas pengadministrasian adalah merekam/menginventarisir
komponen-komponen laboratorium tersebut. Adapun alat/instrumen yang digunakan
untuk merekam komponen laboratorium
tersebut dalam Buku ini dinamakan format administrasi laboratorium.
Dalam pembahasan
pengadministrasian selanjutnya akan digunakan istilah barang untuk
menyatakan benda yang merupakan fasilitas umum lab dan akan digunakan istilah
zat untuk menyatakan bahan kimia. Pengadministrasian laboratorium seringkali dilakukan secara manual dengan
menggunakan berbagai format yang dinyatakan di atas. Mengingat Jumlah barang, alat dan zat yang
ada di lab cukup banyak, maka pengerjaan pengadministrasian harus dilakukan
dengan menggunakan program aplikasi komputer. Biasanya ada software
khusus yang dapat digunakan untuk menangani sistem pengadministrasian lab.
Ruangan-ruangan laboratorium yang hendaknya diadministrasikan di antaranya
adalah :
·
Ruangan praktikum
·
Ruangan persiapan
·
Ruangan alat / gudang alat
·
Ruangan zat / gudang zat
·
Ruangan timbang
·
Ruangan instrumen
·
Ruangan komputasi
·
Ruangan staf (pengelola lab)
·
Ruangan bengkel mekanik /
logam
·
Ruangan pengerjaan gelas
·
WC., dsb.
Setiap laboratorium
harus memiliki denah yang menggambarkan keadaan macam ruangan yang ada,
jaringan listrik, jaringan air, dan jaringan gas. Ruangan-ruangan tersebut di
atas harus tercatat namanya, ukuran, dan kapitasnya dalam Format A. Untuk
keperluan pengembangan laboratorium, rambu-rambu tentang beberapa ukuran
ruangan adalah sebagai berikut :
·
Ruangan praktikum : + 2,5 m2/orang
·
Ruangan persiapan : + 20 % dari R.praktikum
·
Ruangan alat / gudang alat : +
20% dari R.praktikum
·
Ruangan zat / gudang zat :
+ 20% dari R.praktikum
·
Ruangan timbang :
+ 5-20% dari R.praktikum
·
Ruangan instrumen : +15% dari R.praktikum
·
Ruangan komputasi : +15% dari R.praktikum
·
Ruangan staf (pengelola lab) : +20% dari R.Praktikum
·
Ruangan bengkel mekanik /logam: +20 % dari R.praktikum
·
Ruangan pengerjaan gelas : +20% dari R.praktikum
·
WC., dsb. :
+20% dari R.praktikum
Menyiapkan
laboratorium yang selamat dan aman dimulai dengan evaluasi menyeluruh terhadap
praktek manajemen bahan kimia dan fasilitas fisik tempat penyimpanan dan
penggunaan bahan kimia. Dengan melakukan ini akan diperoleh informasi penting
untuk mengelola laboratorium dan untuk memprioritaskan upaya untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan.
Aspek
pengoperasian laboratorium berikut harus diperiksa secara teratur:
1. Kebersihan dan kerapian laboratorium
2. Peralatan dan perencanaan keadaan darurat
3. Tanda, label, rencana, dan pemasangan
4. Penyimpanan bahan kimia dan limbah
5. Gas dan kriogenika mampat
6. Sistem tekanan dan vakum
7. Tudung dan ventilasi kimia
8. Rencana keamanan yang ada
9. Pelatihan dan kesadaran pegawai laboratorium.
1. Kebersihan dan kerapian laboratorium
2. Peralatan dan perencanaan keadaan darurat
3. Tanda, label, rencana, dan pemasangan
4. Penyimpanan bahan kimia dan limbah
5. Gas dan kriogenika mampat
6. Sistem tekanan dan vakum
7. Tudung dan ventilasi kimia
8. Rencana keamanan yang ada
9. Pelatihan dan kesadaran pegawai laboratorium.
BABIII.
PENUTUP
Pengelolaan merupakan proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Salah satu kunci keberhasilan laboratorium ditentukan oleh strategi pengelolaan perangkat-perangkat secara optimum yaitu perencanaan, penataan, pengadministrasian/inventarisasi, serta pengamanan,perawatan dan pengawasan.
Agar siswa dapat menggunakan
laboratorium secara optimal, maka kondisi laboratorium juga perlu diupayakan
tetap bersih dan nyaman. Kondisi laboratorium yang baik memiliki beberapa
syarat, diantaranya: ada tidaknya organisasi dan administrasi
laboratorium,kelengkapan ruangan, kelengkapan perabot, penataan alat dan
bahan,kebersihan dan kerapian serta keselamatan kerja laboratorium.Untuk itulah
pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimilki oleh
pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun
tidak. Pada bab berikut akan dibahas tentang strategi pengelolaan laboratorium.
Hal yang harus menjadi
perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi
aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage
facilities), wadah sekunder (secondary
containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),
dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar
laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya
menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penangannya bila terjadi kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti, C., Pengelolaan Alat dan Bahan di laboratorium Kimia,http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files/tmp.pdf. (Diakses tanggal 5 Agustus 2012).
Kadarohman, A., (2007), Manajemen Laboratorium IPA,DEPAG RI; Jakarta. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196305091987031-R._Asep_Kadarohman/Manajemen_Laboratorium_Ipa_Depag.Pdf. ( Diakses Tanggal 2 Agustus 2012).
Muchtaridi, Keselamatan kerja di laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD http://www.kes elamatankerjalaboratorium,pdf.
Situmorang, M., (2012), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium, PPS Unimed, Medan.
The National Academies, Keselamatan dan keamanan laboratorium kimia, National Research Council, http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Quick-Guide- Indonesian.pdf. (Diakses tanggal 2 Agustus 2012).