ppt jurnal pbl

Sabtu, 23 November 2013

FILSAFAT ILMU

TUGAS FILSAFAT ILMU

NAMA            : ERNI JULIANI SIREGAR
NIM                : 8126-141-005 
PRODI            : KJMIA (REGULER)
DOSEN          : Prof. Dr. Belferik Manullang

1. Kehidupan manusia semakin kacau menurut kajian filosofis (menurut Suparlan) karena kemajuan teknologi membuat kehidupan manusia semakin tidak teratur terjadi perubahan pandangan hidup, sikap, dan perilaku hidup menjadi positivisme materialistik. Manusia memperdayakan kemajuan teknologi untuk mereproduksi beraneka ragam jenis dan bentuk makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan peralatan hidup lainnya, secara praktis pragmatis, yang mengakibatkan manusia didunia terjebak pola hidup ekonomi liberal-kapitalistik, sehingga mengakibatkan krisis moral yang parah.Fakta manusia yang bersifat eksploitatif membuktikan kegagalan peran manusia sebagai kepercayaan  Tuhan yang mahakuasa untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan sumber daya alamnya.

2. Perbandingan orientasi hidup guru dengan orientasi kuantitatif materialistis dan orientasi kualitatif spiritual menurut Suparlan:
-Orientasi hidup guru: dimana guru menyampaikan dan mengajarkan kepada siswa ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada siswa dari ilmu yang tidak tahu menjadi tahu.Guru membentuk siswa menjadi seorang yang memiliki ilmu pengetahuan untuk menjadikan dasar perilaku etis yang sangat berguna bagi orang banyak untik berbuat yang benar (essensi) agar kebenaran sejati dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan
-Orientasi kuantitatif materialistis: dimana jenis ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia dan masayarakat adalah ilmu pengetahuan humaniora dan ilmu pengetahuan sosial.Sikap hidup manusia secara kuntitatif materialististik sangat tidak baik,dimana terjadi pergeseran nilai-nilai tingkah laku dari sikap yang tadinya kekeluargaan menjadi egois (tidak mau kerjasama).Pola hidup liberal-kapitalisme kemudian menyebabkan kerusakan moral kerjasama didalam kultur kebersamaan sebagai asas dasar kehidupan sosial manusia.
-Orientasi kualitatif spiritual: dimana jenis ilmu pengetahuan agama yang dianut manusia meliputi teologi Islam, Kristen,Budha, Hindu dan sebagainya.Ilmu pengetahuan agama dengan objek materi Tuhan sebagai causa prima sangat dibutuhkan oleh manusia,untuk menjaga manusia tidak salah melakukan segala perbuatan yang merusak tingkah laku manusia,manusia dapat terbimbing melakukan hal-hal yang baik dan benar (essensi) dalam menjalani kehidupan setiap harinya.
  
3. Tiga tingkatan berfikir ilmiah menurut Suparlan:
1. Pengetahuan filosofis-substansial adalah pengetahuan yang mengerti tentang segala yang ada dan yang mungkin tidak ada, baiak sebagai objek forma maupun objek materi.
2. Pengetahuan ilmiah-teoretis adalah pluralitas pengetahuan yang sikap (pandangan) dilihat dari kebenaran.
3. Pengetahuan ilmiah-praktis-teknologis : adalah pengetahuan yang dilihat dari sikap kebenaran, secara praktis dan memiliki  kemajuan teknologi.
Contoh: Makanan (menurut Suparlan)
Kita lihat didalam makanan terkandung nilai filosofis, yaitu kesehatannya, nilai ilmiah-teoretis ,yaitu kelengkapan gizi,dan nilai ilmiah-praktis-teknologi,yaitu pluralitas makanan dalam jenis, bentuk dan cenderung bersangkutan dengan rasa nikmat.
Dari ketiga tingkatan berfikir yang paling ideal adalah pengetahuan ilmiah-praktis-teknologi karena ketiga unsur sudah diperoleh dalam memilih makanan yaitu kesehatannya,gizinya,dan rasanya yang dilihat dari segi ilmiahnya, mudah/praktis diperoleh dan dilihat dari kemajuan teknologi.

4. Apabila manusia menjadi bagian masalah dan apabila menjadi solusi dari masalah menurut Sukidi:
Anders berkata :“I just know that I want to be part of the solution. Not the problem “ ( saya hanya tahu bahwa saya ingin menjadi bagian dari solusi, Bukan menjadi bagian dari masalah itu sendiri ).Pendapat ini benar dan memang perlu dibenarkan kita ingin menjadi bangian dari penyelesai masalah, bukan menjadi bagian dari masalah itu sendiri (menurut Suparlan).Dalam hal ini kebanyakan orang biasanya menjadi bagian dari masalah itu sendiri, tanpa terpanggil hati nuraninya untuk menyelesaikan setumpuk masalah yang hadir dan terbentang dihadapannya, maka sifat ini tidak baik bagi manusia. Seharusnya kita harus mampu menyelesaikan segala masalah dengan sikap yang arif dan  bijaksana sehingga orang lain tidak merasa terganggu.

5. Makna The Spirit of goodnes bagi seorang guru adalah bagai mana seorang guru memiliki  kebaikan yang akan diterapkan kepada siswanya. Caranya guru itu harus menanamkan budi pekerti yang baik, aklak yang baik dan perbutan-perbuatan yang baik, baik untuk orang tua, guru, teman maupun kepada masyarakat. Menurut Sukidi:  HATI NURANI = PUSAT KECERDASAN SPIRITUAL , sedangkan Kecerdasan Spiritual dapat mendidik hati dan budi pekerti.Dalam konteks ini, hati menjadi elemen penting dalam kecerdasan spiritual. Untuk mendidik hati dan budi pekerti harus memeiliki pendidikan sejati ( pendidikan Hati ).Jika pendidikan yang selama ini lebih banyak menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual, pendidikan hati justru ingin menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam kehidupan sehari-hari. Jadi seorang guru tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja kepada siswa melaikan harus memberikan pendidikan hati kepada siswa agar siswa-siswa dapat menjadi orang yang memiliki kebaikan untuk orang tua,guru, teman dan kepada masyarakat.

KIMIA ANALITIK BIOSENSOR

TUGAS : MAKALAH MATA KULIAH KIMIA ANALITIK LANJUT

BIOSENSOR AMPEROMETRI UNTUK PENENTUAN FRUKTOSA DENGAN EPOXY-GRAFIT-TTF-TCNQ-FDH-BIOKOMPOSIT

Dosen Pengampu : Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc , Ph.D

DISUSUN
O
L
E
H
:
Nama              : Erni Juliani Siregar
NIM                : 8126141005
Jurusan          : Pendidikan Kimia Reg A 2012 


PROGRAM STUDI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012/2013



BIOSENSOR AMPEROMETRI UNTUK PENENTUAN FRUKTOSA DENGAN EPOXY-GRAFIT-TTF-TCNQ-FDH-BIOKOMPOSIT

1 Pendahuluan
                Biosensor  memiliki potensi  kerja yang baik untuk digunakan dalam  penentuan fruktosa. Biosensor adalah kimia sensor  dengan menggunakan komponen biologi, seperti enzim, ditambah suatu bahan kimia atau transduser fisik. Perangkat ini merupakan alat untuk penentuan sampel makanan, dan membantu dalam beberapa metode analisis. Dalam industri makanan metode ini sangat cepat, terjangkau, dan selektif untuk menentukan kadar gula yang sama seperti glukosa dan fuktosa. Biosensor  fruktosa  menggunakan tiga jenis enzim dan dua koenzim (ATP dan NADP)yang meningkatkan biaya dan kompleksitas analisis.
Biosensor memiliki  kelemahan  dari jenis perantara   enzimatik lapisan ke sampel. Selain itu,  elektron tidak efisien, menyebabkan stabilitas rendah dan memperpendek waktu paruh dari biosensor.Biosenso menggunakan garam disusun oleh tetrathiofulvalenetetra cyanoquinodimethane (TTF + TCNQ-) kompleks yang  digunakan sebagai bahan elektroda dalam membangun  biosensor enzimatik  dari FAD-enzim  dan PQQ-enzim, seperti metanol dehidrogenase  dan fruktosa dehidrogenase. Dengan ini, tujuan dari penelitian adalah untuk mengembangkan biosensor baru fruktosa, berdasarkan transfer  elektronik antara enzim dehidrogenase fruktosa dan garam organik (TTF + TCNQ-), yang terkandung dalam matriks polimer resin epoksi dan grafit bubuk.
2. Bahan dan Prosedur
Bahan: D-fruktosa dan fruktosa dehidrogenase dari Gluconobacter industrius. Bubuk grafit dengan ukuran partikel lebih kecil dari 50 pM. Epoxy resin. Tetracyanoquinodimethane (TCNQ) dan Tetrathiofulvalene (TTF). Sisa reagen adalah kelas analitis dan semua solusi yang disiapkan dengan air bidistilled. Garam organik (TTF + - TCNQ-) disiapkan seperti yang dijelaskan dalam Jaeger dan Bard . Buffer electrolytewasMcIlvaine pendukung pH 4,5 disiapkan dengan mencampur asam 0,1 mol / l sitrat dan 0,2 mol / l disodium fosfat.
Prosedur:
Biosensor eksperimental digunakan untuk menentukan konten fruktosa dalam tiga sirup agave (Agave Weber tequilana Biru) dan satu sirup jagung. Sebagai perbandingan, konsentrasi fruktosa dalam sirup juga ditentukan by HPLC . Metode Eadie Hofstee grafis digunakan untuk perhitungan parameter kinetik dari biosensor fruktosa. Reaksi akan berlangsung di permukaan elektroda sesuai dengan persamaan:
1.D – fruktosa  +  FDH (PQQ)     ----→          5-keto - D - fruktosa  +  FDH (PQQH2)  
                                     TTF-TCNQ                      
 2.FDH (PQQH2)     -----------→          FDH (PQQ)  +  2 H+   +   2 e-
Dengan cara ini, transfer elektron langsung dari PQQH2 ke elektroda diharapkan berjalan lancar.

Cara kerja biosensor :
Biosensor fruktosa campuran dari  biokomposit dari grafit-epoksi , TTF + TCNQ-(18 g/100 g) dan FDH (1 g/100 g). Tubuh biosensor dibangun dengan tabung PVC (6 mm internal diameter dan 20 mm panjang), di mana  konektor dari 2 mm diameter diberitahukan, di akhir lembaran tembaga diameter 5 mm dan 1 mm  ketebalan yang dilas. Sebuah rongga 3 mm yang dalam dibentuk pada akhir konektor dan biokomposit dipenuhi  masuk setelah berkumpul, biosensor itu terkena proses termal pada 40 ◦ C selama 6 hari, temperatur dibawah suhu yang diberikan laritan, tetapi itu tidak mewakili risiko untuk integritas enzim. Setelah proses penyembuhan dapat disimpulkan dan sebelum dibawa keluar , permukaan biosensor itu harus dipoles menggunakan alumina pM 3 kertas, untuk menghilangkan kotoran , untuk memperbaiki  elektroda yang permukaan sensitf..
3. Hasil
Karakterisasi biosensor fruktosa sebuah voltametri siklik digunakan untuk elektrokimia untuk menentukan  cara kerja potensial.  Harga Potensi  dibuat  interval -100 sampai 180 mV vs Ag / AgCl elektroda.Biosensor pada  200mV mulai hancur,  disebabkan oleh ionisasi dan solubilisasi komponennya, menyebabkan pencucian TTF-TCNQ untuk pemecahan . Para voltamogram siklik terbukti biosensor  merasakan electrocatalyses dari reaksi enzimatik. Arus diamati tidak begitu tinggi, tapi itu sudah cukup menggunakan biosensor dalam penentuan langsung fruktosa dalam larutan air.
Untuk  konsentrasi fruktosa dianalisa, 90% dari respon total pada waktu  6 s pertama, 95% adalah dicapai pada 7 s dan respon maksimum diperoleh pada 12, 15, dan 20 s ketika konsentrasi fruktosa mulai dari 0-0,05, 0,10, dan 0,20 mmol / l, masing-masing. Dengan ini,kita dapat melihat bahwa waktu respon dari biosensor dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Akhirnya, arus respon  stabil selama 90 s, waktu respon berkurang ,untuk memungkinkan bagian cepat  mencapai kalibrasi disarankan pada waktu 382 s .
              Potensi bekerja adalah E 150 mV vs Ag / AgCl elektroda tidak  hambatan difusi substrat terhadap permukaan elektroda. Waktu respon dari biosensor  pada waktu 6, 8-10 s , tapi itu lebih pendek daripada  wakyu 20, 20, 80 s. Perbedaan dalam  membangunan biosensor  ditentukan oleh Konsentrasi fruktosa, pH dan suhu. Karena waktu respon dari biosensor dipengaruhi oleh konsentrasi  fruktosa , 60 s dianggap sebagai  waktu minimal  untuk membaca tanda biosensor.
Pengaruh pH pada respon biosensor fruktosa terjadi dalam dua cara: ketergantungan pH dari aktivitas enzim, dan efek  pH pada kemampuan elektroda  untuk mendeteksi. Hal ini dapat diamati bahwa maksimum respons dicapai pada interval pH 5.0-5.5, sedangkan untuk pH lebih rendah dari 4 dan lebih tinggi dari 6, dan ireversibel respon diamati, mungkin karena enzim denaturasi pada permukaan biosensor. Dalam larutan, FDH enzim dari cerinus Gluconobacter menunjukkan optimal pada pH 5, sedangkan FDH dari Gluconobacter industrius menunjukkan aktivitas optimum pada pH 4,5 dan stabil pH antara 3,0 dan 5,5 .



4.Kesimpulan

Biosensor amperometri untuk penentuan fruktosa berdasarkan biokomposit grafit-epoksi-TTF + TCNQ -FDH telah berhasil dikembangkan. Sebuah elektroda kaku dengan permukaan yang dapat dengan mudah dipoles, tubuh yang (biokomposit) bertindak sebagai reservoir bahan biologis (FDH) dan garam melakukan organik (TTF + TCNQ-) diperoleh. Garam  organik juga memungkinkan langsung  perpindahan elektronik /arus  antara kelompok prostetik (PQQH2) dari enzim dan bahan elektroda, membuat tidak perlu penambahan mediator redoks. Biosensor menunjukkan selektivitas tinggi untuk fruktosa  gula seperti glukosa dan sukrosa. Ketika fruktosa biosensor disimpan kering dalam freezer itu tetap stabil karena tidak ada perubahan dalam sensitivitas diamati selama berikutnya 4 bulan dan hanya 32% dari sensitivitas awal hilang setelah 18 bulan. Penentuan fruktosa dalam fruktosa tinggi sirup dengan biosensor ini menyediakan analisis yang sama  data yang diperoleh dengan HPLC. Kesederhanaan kerja, rendah potensi stabilitas, tinggi dan kinerja yang baik dari ini biosensor menunjukkan potensi besar untuk digunakan dalam fruktosa. 

KIMIA ANALITIK BIOSENSOR

TUGAS : MAKALAH MATA KULIAH KIMIA ANALITIK LANJUT

BIOSENSOR AMPEROMETRI UNTUK PENENTUAN FRUKTOSA DENGAN EPOXY-GRAFIT-TTF-TCNQ-FDH-BIOKOMPOSIT

Dosen Pengampu : Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc , Ph.D

DISUSUN
O
L
E
H
:
Nama              : Erni Juliani Siregar
NIM                : 8126141005
Jurusan          : Pendidikan Kimia Reg A 2012 


PROGRAM STUDI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012/2013



BIOSENSOR AMPEROMETRI UNTUK PENENTUAN FRUKTOSA DENGAN EPOXY-GRAFIT-TTF-TCNQ-FDH-BIOKOMPOSIT

1 Pendahuluan
                Biosensor  memiliki potensi  kerja yang baik untuk digunakan dalam  penentuan fruktosa. Biosensor adalah kimia sensor  dengan menggunakan komponen biologi, seperti enzim, ditambah suatu bahan kimia atau transduser fisik. Perangkat ini merupakan alat untuk penentuan sampel makanan, dan membantu dalam beberapa metode analisis. Dalam industri makanan metode ini sangat cepat, terjangkau, dan selektif untuk menentukan kadar gula yang sama seperti glukosa dan fuktosa. Biosensor  fruktosa  menggunakan tiga jenis enzim dan dua koenzim (ATP dan NADP)yang meningkatkan biaya dan kompleksitas analisis.
Biosensor memiliki  kelemahan  dari jenis perantara   enzimatik lapisan ke sampel. Selain itu,  elektron tidak efisien, menyebabkan stabilitas rendah dan memperpendek waktu paruh dari biosensor.Biosenso menggunakan garam disusun oleh tetrathiofulvalenetetra cyanoquinodimethane (TTF + TCNQ-) kompleks yang  digunakan sebagai bahan elektroda dalam membangun  biosensor enzimatik  dari FAD-enzim  dan PQQ-enzim, seperti metanol dehidrogenase  dan fruktosa dehidrogenase. Dengan ini, tujuan dari penelitian adalah untuk mengembangkan biosensor baru fruktosa, berdasarkan transfer  elektronik antara enzim dehidrogenase fruktosa dan garam organik (TTF + TCNQ-), yang terkandung dalam matriks polimer resin epoksi dan grafit bubuk.
2. Bahan dan Prosedur
Bahan: D-fruktosa dan fruktosa dehidrogenase dari Gluconobacter industrius. Bubuk grafit dengan ukuran partikel lebih kecil dari 50 pM. Epoxy resin. Tetracyanoquinodimethane (TCNQ) dan Tetrathiofulvalene (TTF). Sisa reagen adalah kelas analitis dan semua solusi yang disiapkan dengan air bidistilled. Garam organik (TTF + - TCNQ-) disiapkan seperti yang dijelaskan dalam Jaeger dan Bard . Buffer electrolytewasMcIlvaine pendukung pH 4,5 disiapkan dengan mencampur asam 0,1 mol / l sitrat dan 0,2 mol / l disodium fosfat.
Prosedur:
Biosensor eksperimental digunakan untuk menentukan konten fruktosa dalam tiga sirup agave (Agave Weber tequilana Biru) dan satu sirup jagung. Sebagai perbandingan, konsentrasi fruktosa dalam sirup juga ditentukan by HPLC . Metode Eadie Hofstee grafis digunakan untuk perhitungan parameter kinetik dari biosensor fruktosa. Reaksi akan berlangsung di permukaan elektroda sesuai dengan persamaan:
1.D – fruktosa  +  FDH (PQQ)     ----→          5-keto - D - fruktosa  +  FDH (PQQH2)  
                                     TTF-TCNQ                      
 2.FDH (PQQH2)     -----------→          FDH (PQQ)  +  2 H+   +   2 e-
Dengan cara ini, transfer elektron langsung dari PQQH2 ke elektroda diharapkan berjalan lancar.

Cara kerja biosensor :
Biosensor fruktosa campuran dari  biokomposit dari grafit-epoksi , TTF + TCNQ-(18 g/100 g) dan FDH (1 g/100 g). Tubuh biosensor dibangun dengan tabung PVC (6 mm internal diameter dan 20 mm panjang), di mana  konektor dari 2 mm diameter diberitahukan, di akhir lembaran tembaga diameter 5 mm dan 1 mm  ketebalan yang dilas. Sebuah rongga 3 mm yang dalam dibentuk pada akhir konektor dan biokomposit dipenuhi  masuk setelah berkumpul, biosensor itu terkena proses termal pada 40 ◦ C selama 6 hari, temperatur dibawah suhu yang diberikan laritan, tetapi itu tidak mewakili risiko untuk integritas enzim. Setelah proses penyembuhan dapat disimpulkan dan sebelum dibawa keluar , permukaan biosensor itu harus dipoles menggunakan alumina pM 3 kertas, untuk menghilangkan kotoran , untuk memperbaiki  elektroda yang permukaan sensitf..
3. Hasil
Karakterisasi biosensor fruktosa sebuah voltametri siklik digunakan untuk elektrokimia untuk menentukan  cara kerja potensial.  Harga Potensi  dibuat  interval -100 sampai 180 mV vs Ag / AgCl elektroda.Biosensor pada  200mV mulai hancur,  disebabkan oleh ionisasi dan solubilisasi komponennya, menyebabkan pencucian TTF-TCNQ untuk pemecahan . Para voltamogram siklik terbukti biosensor  merasakan electrocatalyses dari reaksi enzimatik. Arus diamati tidak begitu tinggi, tapi itu sudah cukup menggunakan biosensor dalam penentuan langsung fruktosa dalam larutan air.
Untuk  konsentrasi fruktosa dianalisa, 90% dari respon total pada waktu  6 s pertama, 95% adalah dicapai pada 7 s dan respon maksimum diperoleh pada 12, 15, dan 20 s ketika konsentrasi fruktosa mulai dari 0-0,05, 0,10, dan 0,20 mmol / l, masing-masing. Dengan ini,kita dapat melihat bahwa waktu respon dari biosensor dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Akhirnya, arus respon  stabil selama 90 s, waktu respon berkurang ,untuk memungkinkan bagian cepat  mencapai kalibrasi disarankan pada waktu 382 s .
              Potensi bekerja adalah E 150 mV vs Ag / AgCl elektroda tidak  hambatan difusi substrat terhadap permukaan elektroda. Waktu respon dari biosensor  pada waktu 6, 8-10 s , tapi itu lebih pendek daripada  wakyu 20, 20, 80 s. Perbedaan dalam  membangunan biosensor  ditentukan oleh Konsentrasi fruktosa, pH dan suhu. Karena waktu respon dari biosensor dipengaruhi oleh konsentrasi  fruktosa , 60 s dianggap sebagai  waktu minimal  untuk membaca tanda biosensor.
Pengaruh pH pada respon biosensor fruktosa terjadi dalam dua cara: ketergantungan pH dari aktivitas enzim, dan efek  pH pada kemampuan elektroda  untuk mendeteksi. Hal ini dapat diamati bahwa maksimum respons dicapai pada interval pH 5.0-5.5, sedangkan untuk pH lebih rendah dari 4 dan lebih tinggi dari 6, dan ireversibel respon diamati, mungkin karena enzim denaturasi pada permukaan biosensor. Dalam larutan, FDH enzim dari cerinus Gluconobacter menunjukkan optimal pada pH 5, sedangkan FDH dari Gluconobacter industrius menunjukkan aktivitas optimum pada pH 4,5 dan stabil pH antara 3,0 dan 5,5 .



4.Kesimpulan

Biosensor amperometri untuk penentuan fruktosa berdasarkan biokomposit grafit-epoksi-TTF + TCNQ -FDH telah berhasil dikembangkan. Sebuah elektroda kaku dengan permukaan yang dapat dengan mudah dipoles, tubuh yang (biokomposit) bertindak sebagai reservoir bahan biologis (FDH) dan garam melakukan organik (TTF + TCNQ-) diperoleh. Garam  organik juga memungkinkan langsung  perpindahan elektronik /arus  antara kelompok prostetik (PQQH2) dari enzim dan bahan elektroda, membuat tidak perlu penambahan mediator redoks. Biosensor menunjukkan selektivitas tinggi untuk fruktosa  gula seperti glukosa dan sukrosa. Ketika fruktosa biosensor disimpan kering dalam freezer itu tetap stabil karena tidak ada perubahan dalam sensitivitas diamati selama berikutnya 4 bulan dan hanya 32% dari sensitivitas awal hilang setelah 18 bulan. Penentuan fruktosa dalam fruktosa tinggi sirup dengan biosensor ini menyediakan analisis yang sama  data yang diperoleh dengan HPLC. Kesederhanaan kerja, rendah potensi stabilitas, tinggi dan kinerja yang baik dari ini biosensor menunjukkan potensi besar untuk digunakan dalam fruktosa. 

KIMIA ANALITIK SPEKTROSFOTOMETRI

TUGAS : MATA KULIAH KIMIA ANALITIK LANJUT

BAB III. SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN ASAM URAT




Dosen Pengampu : Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc , Ph.D



DISUSUN
O
L
E
H

Nama              : Erni Juliani Siregar
NIM                : 8126141005
Jurusan          : Pendidikan Kimia Reg A 2012  


PROGRAM STUDI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
THA. 2012/2013




BAB III. SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN ASAM URAT

1.Pendahuluan
Instrumen analisis yang dipakai memiliki daya analisis yang akurat, selektif, sensitif, cepat dan sederhana dibutuhkan untuk penentuan asam urat didalam makan. Asam urat (2,6,8-trioksipurin) adalah hasil metabolisme /pemecahan nukleotida purin yang berasal dari makanan /hasil sintesis tubuh, yang sifat kimianya berupa kristal putih, tidak berasa, mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN). Kadar asam urat berlebih dalam tubuh diakibatkan oleh menurunnya kemampuan tubuh membuang asam urat melalui urin karena kelainan dalam ginjal.Kadar asam urat yang normal dalam tubuh tidak akan menimbulkan masalah, asam urat untuk anak-anak < 372 µmol/L dan orang dewasa 202-416 µmol/L,jika berlebih akan mengakibatkan arthritis gout dan mengganggu fungsi sendi berupa nyeri atau kerusakan sendi tulang.Penentuan asam urat dilakukan pada sampel urin dan darah kemudian diekstraksi dalam mukosa usus selanjutnya diekskresikan pada urin sebagai asam urat.

2. Analisis Penentuan Asam Urat
          Metode yang digunakan adalah metode analisis spektrofotometri menggunakan reaksi enzimasi dan pengukuran absorbansi sinar oleh senyawa o-dianisidin terreduksi. Asam urat didalam sampel diubah menjadi allatoin dan hidrogen peroksida menggunakan UOx sebagai katalis. Penentuan asam urat menggunakan pengabsorpsi o-dianisidin sangat cepat,harus berhati-hati karena senyawa ini bersifat karsinogenik.

3. Metode Penelitian
1. Zat, Bahan dan Peralatan
 Zat kimia yang dipergunakan : senyawa proanalis (PA) diantaranya asam urat,o-dianisidin, kalium klorida, NaKCO3, enzim Urikase, E.C 1.7.3.3 (Uox), dan peroksidase (Pox) 175 unit/mg dari horse radish (E.C 1.11.7.2) diperoleh dari Sigma Chem. Co. Bahan lain seperti sampel daging segar dan makanan kaleng diambil secara random dari pasar tradisional dan modern di kota Medan.
Peralatan : ekstraktor, kromatografi kolom, spektrofotometer (UV-Vis) Spektronik 21 Milton Roy, pengolah signal PowerLab 2/20 (Adinstrumen) yang dilengkapi dengan software Scope, jarum suntik mikro (Hamilton Co), dan gelas-gelas kimia.

2. Prosedur Penelitian
Sampel daging segar dan makanan kaleng sebanyak 1 g sampel dipotong-potong dan dihaluskan, kemudian ditempatkan pada kaca arlojji dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0C. Sampel yang kering selanjutnya digerus halus dan selanjutnya digunakan sebagai stok sampel. Dari sampel kering ditimbang sekitar 1 mg sampel dilarutkan di dalam 2 ml larutan karbonat 4%, diaduk dan dipanaskan dalam penangas air pada suhu ± 50 0C selama 5 menit.
            Analisis asam urat di dalam larutan standar dan sampel. Ke dalam mikropipet dimasukkan 90 µl larutan litium karbonat 4%,tambahkan 50 µl standar asam urat, kemudian tambahkan 5 µl enzim Uox (2 unit/mL ) dan 5 µl Pox (5 unit/mL) dan diaduk dan diinkubasi selama 10 menit dan dimasukkan kedalam spektrofotometri UV-Vis, absorban diukur pada λ520 nm pada larutan standar seri (0,01-5 mM asam urat). Dengan prosedur yang sama 90µl larutan litium karbonat 4% ke dalam mikripipet,tambahkan 50µl sampel daging yang diperlukan, tambahkan 5µl enzim Uox (2 unit/mL) dan 5µl Pox (5 unit/mL) selanjutnya diaduk dan diinkubasi selama 10 menit dan dimasukkan ke dalam spektrofotometri UV-Vis, diukur pada λ520nm.

4. Hasil dan Pembahasan
            Hasil yang diperoleh dalam penelitian spektrofotometri penentuan asam urat menggunakan pengabsorbsi o-dianisidin di dalam berbagai jenis sampel secara spektrofotometri.
1.    Optimasi Spektrofotometri Penentuan Asam Urat
Senyawa o-dianisidin (tidak berwarna) bereaksi dengan hidrogen peroksida (yang dihasilkan dari reaksi enzimasi) oleh adanya katalis enzim peroksidase (Pox), menghasilkan 0-dianisidin tereduksi yang bewarna merah muda. Intensitas warna dalam larutan berbanding lurus dengan konsentrasi asam urat dalam sampel. Pengukuran absorbsi larutan diukur pada panjang gelombang maksimum λ520 nm.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan larutan standar asam urat pada konsentrasi 1 mM pada λ475-550 nm dan serapan maksimum diperoleh pada λ520 nm. Optimasi waktu inkubasi enzim juga dilakukan untuk melihat waktu terjadinya reaksi enzimasi secara sempurna menggunakan asam urat 1 nM pada variasi waktu 1-20 menit, diperoleh bahwa reaksi enzimasi setelah berlangsung selama 5 menit sudah memberikan absorbsi yang optimum, sehingga waktu yang digunakan untuk reaksi inkubasi enzim 5 menit per sampel. Untuk mengetahui linearitas pengukuran maka dilakukan pengukuran terhadap larutan asam urat standar pada konsentrasi rendah sampai tinggi dan diperoleh kurva kalibrasi larutan standar.
2.    Analisis Penentuan Asam Urat di dalam Sampel
1.       Asam Urat dalam daging segar
Dari hasil analisis secara biosensor elektrokimia diketahui bahwa kadar asam urat di dalam berbagai jenis daging segar setelah perlakuan dalam keadaan kering juga bervariasi. Hasil analis secara biosensor dan metode spektrofotometri menunjukkan bahwa bagian otot daging sapi (280,78 mg/kg sampel), daging kabing (316,36 mg/kg sampel), daging ayam (130,16 mg/kg sampel), tergolong tinggi sedangkan otot dsaging kelinci (90,86 mg/kg sampel), lebih rendah dari otot daging segar lainnya. Untuk bagian hati, seperti hati sapi (79,86 mg/kg sampel), hati kambing (55,57 mg/kg sampel), hati ayam (18,59 mg/kg sampel), hati kelinci (111,11 mg/kg sampel) tergolong rendah, yaitu jauh lebih rendah dibanding bagian otot daging segar.
2.    Asam Urat dalam makanan kaleng
Kadar asan urat untuk daging sapi dengan merek dagang yang berbeda sagat bervariasi, yaitu berada pada (244,21 mg/kg sampel) dan (158,88 mg/kg sampel. Kadar asam urat di dalam ikan kaleng seperti ikan makarel dan ikan sarden juga bervariasi pada merek dagang yang berbeda. Ada jenis ikan makarel yang memiliki kadar asam urat sangat tinggi pada merek dagang (B3) yaitu 294,86mg/kg sampel, sedangkan jenis ikan yang sama dengan merek dagang berbeda yaitu B1 (14,35 mg/kg sampel), B4 (16,56 mg/kg sampel), B5 (35,88 mg/kg sampel), dan paling rendah pada B2 (12,66 mg/kg sampel). Pola yang sama juga diperoleh kadar asam urat yang bervariasi untuk jenis ikan sarden dengan merek dagang C4 (292,14 mg/kg sampel) dan C5 (244,21 mg/kg sampel) tergolong tinggi, sedangkan untuk merek dagang C2 (93,96 mg/kg sampel)

5. Kesimpulan

          Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode spektrofotometri menggunakan o-dianisidin dapat dipergunakan untuk menentukan kadar asam urat di dalam sampel daging dan makan kaleng karena reaksi enzimatik asam urat menghasilkan hidrogen peroksidayang mereduksi o-dianisidin menjadi berwarna merah. Hampir semua sampel daging segar dan makanan kaleng dapat dianalisiskadar asam uratnya. Disarankan agar dipertimbangkan metode lain untuk penentuan asam urat karena pengabsorbsi o-dianisidin terindikasi bersifat karsinogenik.

KIMIA ANALITIK SPEKTROSFOTOMETRI

TUGAS : MATA KULIAH KIMIA ANALITIK LANJUT

BAB III. SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN ASAM URAT




Dosen Pengampu : Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc , Ph.D



DISUSUN
O
L
E
H

Nama              : Erni Juliani Siregar
NIM                : 8126141005
Jurusan          : Pendidikan Kimia Reg A 2012  


PROGRAM STUDI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
THA. 2012/2013




BAB III. SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN ASAM URAT

1.Pendahuluan
Instrumen analisis yang dipakai memiliki daya analisis yang akurat, selektif, sensitif, cepat dan sederhana dibutuhkan untuk penentuan asam urat didalam makan. Asam urat (2,6,8-trioksipurin) adalah hasil metabolisme /pemecahan nukleotida purin yang berasal dari makanan /hasil sintesis tubuh, yang sifat kimianya berupa kristal putih, tidak berasa, mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN). Kadar asam urat berlebih dalam tubuh diakibatkan oleh menurunnya kemampuan tubuh membuang asam urat melalui urin karena kelainan dalam ginjal.Kadar asam urat yang normal dalam tubuh tidak akan menimbulkan masalah, asam urat untuk anak-anak < 372 µmol/L dan orang dewasa 202-416 µmol/L,jika berlebih akan mengakibatkan arthritis gout dan mengganggu fungsi sendi berupa nyeri atau kerusakan sendi tulang.Penentuan asam urat dilakukan pada sampel urin dan darah kemudian diekstraksi dalam mukosa usus selanjutnya diekskresikan pada urin sebagai asam urat.

2. Analisis Penentuan Asam Urat
          Metode yang digunakan adalah metode analisis spektrofotometri menggunakan reaksi enzimasi dan pengukuran absorbansi sinar oleh senyawa o-dianisidin terreduksi. Asam urat didalam sampel diubah menjadi allatoin dan hidrogen peroksida menggunakan UOx sebagai katalis. Penentuan asam urat menggunakan pengabsorpsi o-dianisidin sangat cepat,harus berhati-hati karena senyawa ini bersifat karsinogenik.

3. Metode Penelitian
1. Zat, Bahan dan Peralatan
 Zat kimia yang dipergunakan : senyawa proanalis (PA) diantaranya asam urat,o-dianisidin, kalium klorida, NaKCO3, enzim Urikase, E.C 1.7.3.3 (Uox), dan peroksidase (Pox) 175 unit/mg dari horse radish (E.C 1.11.7.2) diperoleh dari Sigma Chem. Co. Bahan lain seperti sampel daging segar dan makanan kaleng diambil secara random dari pasar tradisional dan modern di kota Medan.
Peralatan : ekstraktor, kromatografi kolom, spektrofotometer (UV-Vis) Spektronik 21 Milton Roy, pengolah signal PowerLab 2/20 (Adinstrumen) yang dilengkapi dengan software Scope, jarum suntik mikro (Hamilton Co), dan gelas-gelas kimia.

2. Prosedur Penelitian
Sampel daging segar dan makanan kaleng sebanyak 1 g sampel dipotong-potong dan dihaluskan, kemudian ditempatkan pada kaca arlojji dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0C. Sampel yang kering selanjutnya digerus halus dan selanjutnya digunakan sebagai stok sampel. Dari sampel kering ditimbang sekitar 1 mg sampel dilarutkan di dalam 2 ml larutan karbonat 4%, diaduk dan dipanaskan dalam penangas air pada suhu ± 50 0C selama 5 menit.
            Analisis asam urat di dalam larutan standar dan sampel. Ke dalam mikropipet dimasukkan 90 µl larutan litium karbonat 4%,tambahkan 50 µl standar asam urat, kemudian tambahkan 5 µl enzim Uox (2 unit/mL ) dan 5 µl Pox (5 unit/mL) dan diaduk dan diinkubasi selama 10 menit dan dimasukkan kedalam spektrofotometri UV-Vis, absorban diukur pada λ520 nm pada larutan standar seri (0,01-5 mM asam urat). Dengan prosedur yang sama 90µl larutan litium karbonat 4% ke dalam mikripipet,tambahkan 50µl sampel daging yang diperlukan, tambahkan 5µl enzim Uox (2 unit/mL) dan 5µl Pox (5 unit/mL) selanjutnya diaduk dan diinkubasi selama 10 menit dan dimasukkan ke dalam spektrofotometri UV-Vis, diukur pada λ520nm.

4. Hasil dan Pembahasan
            Hasil yang diperoleh dalam penelitian spektrofotometri penentuan asam urat menggunakan pengabsorbsi o-dianisidin di dalam berbagai jenis sampel secara spektrofotometri.
1.    Optimasi Spektrofotometri Penentuan Asam Urat
Senyawa o-dianisidin (tidak berwarna) bereaksi dengan hidrogen peroksida (yang dihasilkan dari reaksi enzimasi) oleh adanya katalis enzim peroksidase (Pox), menghasilkan 0-dianisidin tereduksi yang bewarna merah muda. Intensitas warna dalam larutan berbanding lurus dengan konsentrasi asam urat dalam sampel. Pengukuran absorbsi larutan diukur pada panjang gelombang maksimum λ520 nm.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan larutan standar asam urat pada konsentrasi 1 mM pada λ475-550 nm dan serapan maksimum diperoleh pada λ520 nm. Optimasi waktu inkubasi enzim juga dilakukan untuk melihat waktu terjadinya reaksi enzimasi secara sempurna menggunakan asam urat 1 nM pada variasi waktu 1-20 menit, diperoleh bahwa reaksi enzimasi setelah berlangsung selama 5 menit sudah memberikan absorbsi yang optimum, sehingga waktu yang digunakan untuk reaksi inkubasi enzim 5 menit per sampel. Untuk mengetahui linearitas pengukuran maka dilakukan pengukuran terhadap larutan asam urat standar pada konsentrasi rendah sampai tinggi dan diperoleh kurva kalibrasi larutan standar.
2.    Analisis Penentuan Asam Urat di dalam Sampel
1.       Asam Urat dalam daging segar
Dari hasil analisis secara biosensor elektrokimia diketahui bahwa kadar asam urat di dalam berbagai jenis daging segar setelah perlakuan dalam keadaan kering juga bervariasi. Hasil analis secara biosensor dan metode spektrofotometri menunjukkan bahwa bagian otot daging sapi (280,78 mg/kg sampel), daging kabing (316,36 mg/kg sampel), daging ayam (130,16 mg/kg sampel), tergolong tinggi sedangkan otot dsaging kelinci (90,86 mg/kg sampel), lebih rendah dari otot daging segar lainnya. Untuk bagian hati, seperti hati sapi (79,86 mg/kg sampel), hati kambing (55,57 mg/kg sampel), hati ayam (18,59 mg/kg sampel), hati kelinci (111,11 mg/kg sampel) tergolong rendah, yaitu jauh lebih rendah dibanding bagian otot daging segar.
2.    Asam Urat dalam makanan kaleng
Kadar asan urat untuk daging sapi dengan merek dagang yang berbeda sagat bervariasi, yaitu berada pada (244,21 mg/kg sampel) dan (158,88 mg/kg sampel. Kadar asam urat di dalam ikan kaleng seperti ikan makarel dan ikan sarden juga bervariasi pada merek dagang yang berbeda. Ada jenis ikan makarel yang memiliki kadar asam urat sangat tinggi pada merek dagang (B3) yaitu 294,86mg/kg sampel, sedangkan jenis ikan yang sama dengan merek dagang berbeda yaitu B1 (14,35 mg/kg sampel), B4 (16,56 mg/kg sampel), B5 (35,88 mg/kg sampel), dan paling rendah pada B2 (12,66 mg/kg sampel). Pola yang sama juga diperoleh kadar asam urat yang bervariasi untuk jenis ikan sarden dengan merek dagang C4 (292,14 mg/kg sampel) dan C5 (244,21 mg/kg sampel) tergolong tinggi, sedangkan untuk merek dagang C2 (93,96 mg/kg sampel)

5. Kesimpulan

          Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode spektrofotometri menggunakan o-dianisidin dapat dipergunakan untuk menentukan kadar asam urat di dalam sampel daging dan makan kaleng karena reaksi enzimatik asam urat menghasilkan hidrogen peroksidayang mereduksi o-dianisidin menjadi berwarna merah. Hampir semua sampel daging segar dan makanan kaleng dapat dianalisiskadar asam uratnya. Disarankan agar dipertimbangkan metode lain untuk penentuan asam urat karena pengabsorbsi o-dianisidin terindikasi bersifat karsinogenik.

Analisis Materi Ajar Kimia Perguruan Tinggi

ANALISIS MATERI AJAR KIMIA PENDIDIKAN TINGGI  UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA SUMATERA UTARA JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh :
Erni Juliani Siregar
NIM : 8126141005
Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia Kelas A
Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan
e-mail : ernijulianisiregar@Yahoo.co.id
gmail : ernijulianisiregar@gmail.com


Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi terdapatnya materi kimia dalam Mata Kuliah Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia  Sumatera Utara dan mengetahui kurikulum yang digunakan dalam Perguruan Tinggi tersebut serta mengetahui bagaimana sistem perkuliahan di jurusan Kesehatan Masyarakat tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Prima Indonesia  Sumatera Utara Jurusan Kesehatan Masyarakat, Instrumen yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Instrumen observasi dilakukan oleh peneliti, Wawancara dilakukan dengan Dekan ketua jurusan Kesehatan Masyarakat, Dosen, dan Mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat. Pemberian Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa pada jurusan Kesehatan Masyarakat  terdapat mata kuliah yang berhubungan dengan kimia sebesar  21.5%  dari 302 sks. 

A.    PENDAHULUAN
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia yang mencakup; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Fungsinya adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Tujuannya adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses dan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis dan memaparkan materi ajar kimia di Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia Sumatera Utara serta melihat permasalahan yang ada dalam pembelajaran kimia.
B.     METODE PENELITIAN
            Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Prima Indonesia Sumatera Utara (UNPRI) Jurusan Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non test berupa lembar wawancara dengan observasi. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 15 dan 19 Januari 2013. Sampel penelitian adalah Dekan  ketua jurusan Kesehatan Masyarakat.

C.    HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dari Universitas Prima Indonesia Sumatera Utara (UNPRI) Jurusan Kesehatan Masyarakat diperoleh informasi bahwa implementasi penerapan Kurikulum  telah sepenuhnya dilaksanakan, dan lembaga ini bertujuan membentuk Sarjana Kesehatan Masyarakat yang berwawasan global dan berciri profesional, mandiri, mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi unggulan, humanis, berwawasan kerakyatan serta mampu menyediakan pelayanan kesehatan prima.
.
1.Wawancara Dan Observasi
         Hasil wawancara dan observasi lainnya adalah sebagai berikut:
Fakultas Dan Jurusan (Program Studi) Di Universitas Prima Indonesia (UNPRI)
FAKULTAS
JURUSAN
STATUS
Fakulats Kedokteran

1.      Kedokteran Umum
2.      Kedokteran Gigi
3.      Keperawatan & Kebidanan
4.      Kesehatan Masyarakat


Akreditasi B
Akreditasi B
Akreditasi B
Akreditasi B

1.1  Visi dan Misi
v Visi :
Mewujudkan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPRI menghasilkan lulusan yang berwawasan global dan berciri profesional, mandiri, mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi unggul, humanis, berwawasan kerakyatan serta mampu menyediakan pelayanan kesehatan prima.
v  Misi:
o   Mempersiapkan lulusan yang mandiri dan siap menciptakan lapangan pekerjaan.
o   Menciptakan lingkungan kampus yang nyaman serta ramah terhadap perbedaan gender, agama, suku dan ras (multikultural)
o   Sistem pengajaran yang berkualitas dan modern

1.2  Tujuan
·         Menghasilkan Sarjana Kesehatan Masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan baik dan bermoral Pancasila serta mempunyai kemampuan dan keterampilan didalam pengembangan ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat dan yang dapat mengabdikan Ilmu yang dimiliki dalam pembangunan Nasional yang dapat membawa masyarakat Indonesia kepada tujuan yang adil dan makmur.
·         Menghasilkan Sarjana Kesehatan Masyarakat yang dapat menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat Indonesia, dan berkeinginan keras untuk mengembangkan keahliannya dan turut aktif dalam kegiatan pengabdian, ilmu dan keahliannya dalam kehidupan masyarakat
1.3  Sasaran
Meningkatkan kualitas lulusan sesuai kompetensi jurusan kesehatan masyarakat dengan standar mutu yang ditetapkan.

2.      Kurikulum
Kurikulum disusun berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 010/BAN-PT/AK-VISI/VI/2008
1.      Lama pendidikan:
-Lulusan SMA sederajat      : 8 Semester
-Program Ekstension           : 3 semester
2. Jumlah mata kuliah                : 78 sks            
3. Jumlah SKS                         : 302 SKS

5. Syarat Sidang Skripsi :
a. Memiliki sertifikat TOEFL 400
b. Sertifikat Autocad minimal 40 jam

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh: 65 sks mata kuliah yang dicurigai ada pelajaran kimia dari 302 sks, maka % sks keseluruhn mata kuliah kimia di jurusan Kesehatan Masyarakat:
= 65/302 x 100 %
= 21,5 %
v  Sarana dan prasarana pendidikan
·         Sarana:
Sarana penunjang proses belajar mengajar yang dimiliki Jurusan Kesehatan Masyarakat pada saat ini sudah memadai dan berusaha untuk semakin meningkatkan sesuai dengan kebutuhan baik peralatan laboratorium, buku-buku referensi maupun sarana lain.
1.  Laboratorium (Ruang Praktek)
2.  Perpustakaan.
·         Prasarana:
Prasarana yang tersedia terlaksananya kegiatan belajar mengajar di jurusan Kesehatan Masyarakat :
No.
Macam Ruang
Jumlah
Total Luas (m2)
1
Ruang Kuliah
6
720
2
Ruang Dosen
5 + 14
320
3
Ruang Seminar
2
360
4
Ruang Pimpinan
2
40
5
Ruang Kantor
2
50
6
Ruang Laboratorium
2
200
7
Ruang Perpustakaan
1
70
8
Ruang Komputer
4
72
9
Ruang Gudang
1
24
10
Ruang Pantry
1
6
11
Ruang Musholla
1
6
12
Ruang Kamar Mandi
5
100
13.
Ruang Rapat
1
100
    14.
Ruang transit untuk dosen tidak tetap
1
12

v  Perkuliahan
·         Kontrak perkuliahan:
Pada  awal  perkuliahan dimulai  dalam suatu  semester dosen  harus menjelaskan kontrak perkuliahan yang memuat atas:
1.      Luas dan kedalaman materi kuliah selama 1 semester
2.      Macam dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan, dan bobot penilaian tugas
3.      Materi Ujian Tengah Semester (UTS) sisipan dan Ujian Akhir Semester (UAS).
4.      Mahasiswa berhak mengikuti ujian apabila presensi kehadiran > 10 %
·      Cara penilaian yang digunakan:
1.      Ujian Akhir Semester dengan bobot 50%.
2.      Ujian Tengah Semester dengan bobot 30%
3.      Kuis dan/atau tugas dengan bobot 10%
4.      Kehadiran/partisipasi mahasiswa dengan bobot 10%
·         Rentang Nilai
A         : 80,00 – 100 
B         : 70,00 – 79,00
C         : 60,00 – 69,00
D         : 50,00 – 59,00
E          : < 49
Pembobotan dapat diubah apabila salah satu dari macam evaluasi di atas tidak dilakukan, atau kesepakatan dosen dengan mahasiswa pada kontrak perkuliahan.

v  Penilaian hasil belajar :
1.      Penilaian hasil belajar mahasiswa adalah usaha yang dilakukan untuk mengetahui tingkat   keberhasilan mahasiswa dalam mencapai penguasaan kompetensi, yang merupakan pemberian tugas, latihan, praktikum dan ujian.
2.      Pada dasarnya penilaian adalah hak dosen pengampu mata kuliah.
3.      Pada permulaan kuliah semester yang bersangkutan, pengajar wajib memberitahukan bobot dan nilai tugas-tugas akademik kepada mahasiswa.
4.      Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan cara yang sesuai dengan ciri-ciri pendidikan keahlian yang bersangkutan.
5.      Sistem   penilaian   hasil   belajar   mahasiswa   didasarkan   pada   tiga kemungkinan sistem penilaian yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan sifat masing-masing kegiatan akademik.
·  PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu dengan cara menentukan batas lulus
.
6.    Penilaian hasil belajar mahasiswa diwujudkan dalam bentuk nilai akhir (NA). NA merupakan gabungan antara nilai UTS dan nilai UAS, serta tugas-tugas khusus, berdasarkan bobot yang ditentukan oleh dosen pengampu mata kuliah.

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang analisis materi kimia dalam mata kuliah Jurusan Kesehatan Masyarakat diperoleh 21,5 % mata kuliah yang berhubungan dengan kimia atau yang dicurigai sebanyak 65 sks dari 302 sks. Dan dilihat dari kurikulum diperoleh bahwa tiap semester terdapat mata kuliah yang berhubungan dengan kimia. Implementasi penerapan Kurikulum  telah sepenuhnya dilaksanakan ini dapat diperoleh dari hasil wawancara, dan Pendidikan Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat bertujuan menghasilkan lulusan yang berwawasan global dan berciri profesional, mandiri, mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi unggul, humanis, berwawasan kerakyatan serta mampu menyediakan pelayanan kesehatan prima. Jurusan ini berusaha mengantarkan mahasiswa menjadi seorang ilmuwan yang secara utuh menyadari dan mengerti akan posisi dan peranannya secara benar didalam pelaksanaan pembangunan.


B.     DAFTAR PUSTAKA
Nasution, M.A.,(2010), Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer
 Dengan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
 Redoks Di Kelas X Semester II MAN 3 Medan TP.2009/2010,
 Medan : FMIPA UNIMED
Sukardi, (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Sudjana, N., (2005) Metode Statistika, Nandung : Tarsito