TUGAS
:
MATA
KULIAH KIMIA ANALITIK LANJUT
BAB
III. SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN ASAM URAT
Dosen Pengampu : Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc
, Ph.D
DISUSUN
O
L
E
H
Nama : Erni Juliani Siregar
NIM : 8126141005
Jurusan : Pendidikan Kimia Reg A 2012
PROGRAM
STUDI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
THA. 2012/2013
BAB
III. SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN ASAM URAT
1.Pendahuluan
Instrumen
analisis yang dipakai memiliki daya analisis yang akurat, selektif, sensitif,
cepat dan sederhana dibutuhkan untuk penentuan asam urat didalam makan. Asam
urat (2,6,8-trioksipurin) adalah hasil metabolisme /pemecahan nukleotida purin
yang berasal dari makanan /hasil sintesis tubuh, yang sifat kimianya berupa
kristal putih, tidak berasa, mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi
asam sianida (HCN). Kadar asam urat berlebih dalam tubuh diakibatkan oleh
menurunnya kemampuan tubuh membuang asam urat melalui urin karena kelainan
dalam ginjal.Kadar asam urat yang normal dalam tubuh tidak akan menimbulkan
masalah, asam urat untuk anak-anak < 372 µmol/L dan orang dewasa 202-416
µmol/L,jika berlebih akan mengakibatkan arthritis gout dan mengganggu fungsi
sendi berupa nyeri atau kerusakan sendi tulang.Penentuan asam urat dilakukan
pada sampel urin dan darah kemudian diekstraksi dalam mukosa usus selanjutnya
diekskresikan pada urin sebagai asam urat.
2. Analisis Penentuan Asam Urat
Metode yang digunakan adalah
metode analisis spektrofotometri menggunakan reaksi enzimasi dan pengukuran
absorbansi sinar oleh senyawa o-dianisidin terreduksi. Asam urat didalam sampel
diubah menjadi allatoin dan hidrogen peroksida menggunakan UOx sebagai katalis.
Penentuan asam urat menggunakan pengabsorpsi o-dianisidin sangat cepat,harus
berhati-hati karena senyawa ini bersifat karsinogenik.
3. Metode Penelitian
1. Zat, Bahan dan Peralatan
Zat kimia yang dipergunakan : senyawa
proanalis (PA) diantaranya asam urat,o-dianisidin, kalium klorida, NaKCO3,
enzim Urikase, E.C 1.7.3.3 (Uox), dan peroksidase (Pox) 175 unit/mg dari horse
radish (E.C 1.11.7.2) diperoleh dari Sigma Chem. Co. Bahan lain seperti sampel
daging segar dan makanan kaleng diambil secara random dari pasar tradisional
dan modern di kota Medan.
Peralatan :
ekstraktor, kromatografi kolom, spektrofotometer (UV-Vis) Spektronik 21 Milton
Roy, pengolah signal PowerLab 2/20 (Adinstrumen) yang dilengkapi dengan
software Scope, jarum suntik mikro (Hamilton Co), dan gelas-gelas kimia.
2. Prosedur Penelitian
Sampel
daging segar dan makanan kaleng sebanyak 1 g sampel dipotong-potong dan
dihaluskan, kemudian ditempatkan pada kaca arlojji dan dikeringkan dalam oven
pada suhu 60 0C. Sampel yang kering selanjutnya digerus halus dan
selanjutnya digunakan sebagai stok sampel. Dari sampel kering ditimbang sekitar
1 mg sampel dilarutkan di dalam 2 ml larutan karbonat 4%, diaduk dan dipanaskan
dalam penangas air pada suhu ± 50 0C selama 5 menit.
Analisis asam urat di dalam larutan
standar dan sampel. Ke dalam mikropipet dimasukkan 90 µl larutan litium
karbonat 4%,tambahkan 50 µl standar asam urat, kemudian tambahkan 5 µl enzim
Uox (2 unit/mL ) dan 5 µl Pox (5 unit/mL) dan diaduk dan diinkubasi selama 10
menit dan dimasukkan kedalam spektrofotometri UV-Vis, absorban diukur pada λ520 nm pada larutan standar seri (0,01-5
mM asam urat). Dengan prosedur yang sama 90µl larutan litium karbonat 4% ke
dalam mikripipet,tambahkan 50µl sampel daging yang diperlukan, tambahkan 5µl
enzim Uox (2 unit/mL) dan 5µl Pox (5 unit/mL) selanjutnya diaduk dan diinkubasi
selama 10 menit dan dimasukkan ke dalam spektrofotometri UV-Vis, diukur pada λ520nm.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh dalam
penelitian spektrofotometri penentuan asam urat menggunakan pengabsorbsi
o-dianisidin di dalam berbagai jenis sampel secara spektrofotometri.
1. Optimasi
Spektrofotometri Penentuan Asam Urat
Senyawa
o-dianisidin (tidak berwarna) bereaksi dengan hidrogen peroksida (yang
dihasilkan dari reaksi enzimasi) oleh adanya katalis enzim peroksidase (Pox),
menghasilkan 0-dianisidin tereduksi yang bewarna merah muda. Intensitas warna
dalam larutan berbanding lurus dengan konsentrasi asam urat dalam sampel.
Pengukuran absorbsi larutan diukur pada panjang gelombang maksimum λ520
nm.
Penentuan
panjang gelombang maksimum dilakukan dengan larutan standar asam urat pada
konsentrasi 1 mM pada λ475-550 nm dan serapan maksimum
diperoleh pada λ520 nm. Optimasi waktu inkubasi
enzim juga dilakukan untuk melihat waktu terjadinya reaksi enzimasi secara
sempurna menggunakan asam urat 1 nM pada variasi waktu 1-20 menit, diperoleh
bahwa reaksi enzimasi setelah berlangsung selama 5 menit sudah memberikan
absorbsi yang optimum, sehingga waktu yang digunakan untuk reaksi inkubasi
enzim 5 menit per sampel. Untuk mengetahui linearitas pengukuran maka dilakukan
pengukuran terhadap larutan asam urat standar pada konsentrasi rendah sampai
tinggi dan diperoleh kurva kalibrasi larutan standar.
2. Analisis
Penentuan Asam Urat di dalam Sampel
1.
Asam
Urat dalam daging segar
Dari
hasil analisis secara biosensor elektrokimia diketahui bahwa kadar asam urat di
dalam berbagai jenis daging segar setelah perlakuan dalam keadaan kering juga
bervariasi. Hasil analis secara biosensor dan metode spektrofotometri
menunjukkan bahwa bagian otot daging sapi (280,78 mg/kg sampel), daging kabing
(316,36 mg/kg sampel), daging ayam (130,16 mg/kg sampel), tergolong tinggi
sedangkan otot dsaging kelinci (90,86 mg/kg sampel), lebih rendah dari otot
daging segar lainnya. Untuk bagian hati, seperti hati sapi (79,86 mg/kg
sampel), hati kambing (55,57 mg/kg sampel), hati ayam (18,59 mg/kg sampel),
hati kelinci (111,11 mg/kg sampel) tergolong rendah, yaitu jauh lebih rendah
dibanding bagian otot daging segar.
2. Asam
Urat dalam makanan kaleng
Kadar
asan urat untuk daging sapi dengan merek dagang yang berbeda sagat bervariasi,
yaitu berada pada (244,21 mg/kg sampel) dan (158,88 mg/kg sampel. Kadar asam
urat di dalam ikan kaleng seperti ikan makarel dan ikan sarden juga bervariasi
pada merek dagang yang berbeda. Ada jenis ikan makarel yang memiliki kadar asam
urat sangat tinggi pada merek dagang (B3) yaitu 294,86mg/kg sampel, sedangkan
jenis ikan yang sama dengan merek dagang berbeda yaitu B1 (14,35 mg/kg sampel),
B4 (16,56 mg/kg sampel), B5 (35,88 mg/kg sampel), dan paling rendah pada B2
(12,66 mg/kg sampel). Pola yang sama juga diperoleh kadar asam urat yang
bervariasi untuk jenis ikan sarden dengan merek dagang C4 (292,14 mg/kg sampel)
dan C5 (244,21 mg/kg sampel) tergolong tinggi, sedangkan untuk merek dagang C2
(93,96 mg/kg sampel)
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa metode spektrofotometri menggunakan o-dianisidin dapat dipergunakan untuk
menentukan kadar asam urat di dalam sampel daging dan makan kaleng karena
reaksi enzimatik asam urat menghasilkan hidrogen peroksidayang mereduksi
o-dianisidin menjadi berwarna merah. Hampir semua sampel daging segar dan
makanan kaleng dapat dianalisiskadar asam uratnya. Disarankan agar
dipertimbangkan metode lain untuk penentuan asam urat karena pengabsorbsi
o-dianisidin terindikasi bersifat karsinogenik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar